Instagram

Apa Yang Anda Pelajari Dalam Sebuah Krisis

‘…”Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati?” 2 Raja-raja 7:3

Pasukan Aram telah mengepung Samaria dan penduduk Samaria banyak yang meninggal karena kelaparan.  Empat orang kusta, yang hidup terasing diluar tembok kota karena penyakit mereka, sudah terbiasa dengan memakan sisa roti yang dilemparkan penduduk kota melewati tembok setiap harinya.  Akan tetapi saat ini tidak ada sepotong pun yang sampai ke mereka.  Karena itu mereka berkata satu sama lain, ‘…”Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati?”’  Karena itu mereka mengambil tindakan.  ‘…pada waktu senja bangkitlah mereka masuk ke tempat perkemahan orang Aram… tampaklah tidak ada orang di sana.  Sebab Tuhan telah membuat tentara Aram itu mendengar …bunyi tentara yang besar …karena itu bangkitlah mereka melarikan diri …dengan meninggalkan kemah dan kuda dan keledai mereka serta tempat perkemahan itu dengan begitu saja… orang-orang yang sakit kusta itu sampai ke pinggir tempat perkemahan, masuklah mereka ke dalam sebuah kemah, lalu makan dan minum. Sesudah itu mereka mengangkut dari sana emas dan perak dan pakaian…. Lalu berkatalah yang seorang kepada yang lain: “Tidak patut yang kita lakukan ini. Hari ini ialah hari kabar baik, tetapi kita ini tinggal diam saja. …marilah kita pergi menghadap untuk memberitahukan hal itu ke istana raja.”’ (2 Raja-raja 7:5-9).

Kisah ini mengajarkan kepada kita tiga kebenaran yang penting.  Pertama, krisis menjadi teman kita ketika krisis memaksa kita untuk mengambil tindakan.  Pada saat kita merasa lelah karena ketidak-berdayaan kita, saat itulah keadaan mulai berubah ke arah yang baik.  Kedua, – saat kita mengambil langkah iman – Allah mulai bekerja untuk kebaikan kita.  Satu-satunya yang dapat membatasi Allah adalah keraguan, keras kepala, dan kepuasan diri kita.  FirmanNya berkata, ‘…Sebab itu Tuhan menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu…’ (Yesaya 30:18).  Terakhir, krisis mengajarkan kita bahwa ketika Allah memberkati kita, kita tidak dapat menyimpannya sendiri.  Orang lain memerlukan apa yang Tuhan telah berikan kepada kita, dan kita harus membagikannya untuk mereka – pada waktunya.

 

*image by : http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/210/

Share! jika renungan ini memberkatimu.