Instagram

Belajar Bahasa Kasih

Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. (1 Yohanes 4:7-8)

Mengemudikan kendaraan di negara asing, khususnya jika kita harus bergantung pada rambu-rambu yang aneh, dapat menjadi sangat membingungkan atau bahkan menakutkan. Apalagi bila rambu-rambu itu ditulis dalam bahasa yang asing bagi kita. Demikian juga halnya bagi kebanyakan orang yang berada dalam perjalanan menuju keintiman, akan merasa sama asingnya, daerah yang mengancam dan mengintimidasi! Meski demikian, jalan itu adalah satu-satunya rute di mana kita akhirnya belajar “bahasa kasih” yang sebenarnya.

Segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita merupakan cerminan hubungan kita dengan Tuhan. Jika kita takut terhadap Dia, tidak memiliki iman kepada-Nya, atau mencoba menyembunyikan kebenaran tentang diri sendiri dari Dia, maka hubungan kita yang lainnya juga tidak akan diwarnai dengan rasa percaya dan kepekaan sehingga kita tidak dapat mengembangkan kasih sejati.

Kasih yang sejati yang di kehendaki Tuhan dalam hidup kita adalah kita memiliki hubungan intim dengan-Nya. “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Ulangan 6:5). Hubungan yang intim dengan Tuhan merupakan hasil dari hidup yang bergantung kepada-Nya. “Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah.” (Mazmur 62:7).

 

Share! jika renungan ini memberkatimu.