Instagram

Kehendak Untuk Percaya Pada Undangan Bapa

Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. (Yohanes 6:44)

Ketika Allah mulai mengundang kita untuk dekat dengan-Nya, masalah yang berasal dari kehendak kita segara menghadang. Apakah kita kita akan bereaksi positif terhadap kebenaran yang dinyatakan Allah? Akankah kita datang kepada-Nya? Membicarakan hal rohani ketika Allah memanggil, itu tidak pada tempatnya dan tidak menghormati-Nya. Ketika Allah berbicara, jangan pernah membicarakannya dengan orang lain seolah-olah untuk mempertimbangkan tanggapan kita (Galatia 1:15-16). Percaya bukanlah hasil dari tindakan intelek, tetapi hasil dari tindakan kehendak kita dalam penyerahan diri. Namun apakah kita akan berkomitmen, menyerahkan diri secara penuh kepadanya Allah, dan mau bertindak berdasarkan apa yang Dia katakan? Jika mau, kita akan menemukan bahwa kita berdiri di atas kenyataan yang pasti, sepasti tahta Allah.

Dalam memberitakan kabar baik, pusatkan selalu pada masalah kehendak. Percaya harus berasal dari kehendak untuk percaya. Harus terdapat penyerahan kehendak, bukannya berserah pada suatu argumen yang kuat ataupun meyakinkan. Kita harus melangkah keluar, menaruh iman kita kepada Alalh dan dalam kebenaran-Nya. Dan kita tidak boleh menaruh keyakinan pada jerih payah kita sendiri, tetapi hanya kepada Allah. Percaya pada pengertian sendiri merupakan suatu rintangan untuk percaya kepada Allah. Kita harus mau mengabaikan dan meninggalkan perasaan kita. Kita harus bersedia percaya. Akan tetapi, hal ini tidak dapat dicapai tanpa usaha keras untuk memisahkan kita dari cara-cara lama kita dalam memandang berbagai masalah. Kita harus berserah penuh kepada Allah.

Setiap orang telah diciptakan dengan kemampuan untuk menjangkau melampaui jangkauannya sendiri. Namun Allahlah yang menarik kita, dan hubungan kita dengan-Nya pada tempat pertama adalah hubungan batin dan pribadi, bukannya hubungan intelektual. Kita sampai pada hubungan semacam itu melalui mujizat Allah dan kehendak untuk percaya. Dan kita mulai memperoleh pengertian dan pemahaman mengenai keajaiban pengubahan dalam hidup. Amin.

 

Share! jika renungan ini memberkatimu.