Instagram

Memeriksa Diri atau Sipak Terus Terang Yang Jujur

Hidup oleh anugerah Allah, bukan oleh kinerja sendiri.

William Carey menuliskan kepada anaknya:

Saya menulis surat ini pada umur 55 tahun. Sepanjang 10 atau 12 tahun kebelakang, saya sering – dan dengan tingkat keseriusan yang lebih besar daripada sebelumnya – memikirkan jalan hidup saya. Pola pikir, sikap, dan tingkah laku,  tertentu menjadi jelas, beberapa diantaranya cukup mengusik. Saya memandang kembali kegagalan yang terus berulang dalam usaha saya mengatasi konflik dan kekuatan batin, memerangi ketidakdewasaan dan sikap berpusat kepada diri sendiri, membangun hubungan dengan orang lain yang bersifat murni dan memperkaya, menaklukkan dosa yang sudah mendarah daging, dan bertumbuh dalam kekudusan dan persekutuan dengan Allah. Sekarang saya melihat bahwa setiap periode hidup saya ditandai oleh pergumulan. Tetapi kegagalan yang berkepanjangan, seiring dengan berkembangnya akan pemahaman masa lalu, telah membuat pergumulan tahun-tahun belakangan ini menjadi luar biasa hebat dan menyakitkan.

Perkataan ini bukan ditulis oleh seorang Kristen “yang kalah”, melainkan oleh seseorang professor seminari yang dihormati oleh rekan dan mahasiswanya karena hidupnya yang rendah hati dan saleh dihadapan Allah. Betapa langkanya ungkapan rendah hati dan terus terang seperti itu. Kebanyakan kita tidak mau mengungkapkan hal demikian apa lagi dicetak. Namun, itulah perkataan orang yang tahu artinya hidup oleh anugerah Allah, bukan oleh kinerja sendiri.

Pikirkanlah teladan Rasul Paulus. Ia tidak hanya menyebut dirinya “yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, tetapi Ia juga menganggap dirinya “ yang paling hina dari antara semua orang kudus” (1 Kor 15:9). Menjelang akhir hayatnya ia menyebut dirinya yang paling berdosa dan tugu peringatan tentang kesabaran Yesus Kristus yang tak terbatas. Kalau ada orang yang unggul dalam displin hidup kristiani, ketaatan, dan pelayanan yang penuh pengorbanan, orang itu pastilah Paulus. Tetapi ia memandang dirinya seperti William Carey.

Perhatikan bahwa Owen berbicara tentang Kristus yang menanggung kesalahan terhadap Kristus yang menanggung “kesalahan terhadap segala yang kita kuduskan” (Kel 28:38) – yaitu keberdosaan yang ada pada pekerjaan baik kita sekalipun. Seorang pengkotbah Puritan lainnya berkata “Bahkan air mata pertobatan kita perlu dibasuh dalam darah sang Domba Allah.” Demikian juga pekerjaan terbaik kita takkan pernah bisa mendapatklan sedikit pun kemurahan Allah. Karena itu marilah alihkan perhatian kita dari kinerja kita, entah yang baik ataupun yang buruk, dan memandang kepada inji Yesus Kritus. Injil inilah perlengkapan dari Allah untuk menangani dosa-dosa kita, bukan hanya pada hari kita mempercayai dosa-dosa kita, bukan hanya pada hari kita mempercayai Kristus demi keselamatan kita, melainkan untuk setiap hari dalam hidup kristian kita. Amin

Share! jika renungan ini memberkatimu.