Instagram

Mendambakan Allah

S. Lewis mengatakan “Bahwa persoalan manuisa bukan karena manusia menjadi berdosa karena dia berusaha mengajar kenikmatan atau kepuasan dalam hidupnya. Justru sebaliknya, karena manusia terlalu cepat dan terlalu gapang untuk dipuasakan

Filipi 3:10  “Yang ku kehendaki ialah mengenal Dia dan bukan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaanNya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya”.

Rasul Paulus mendambakan Allah dalam kehidupannya. Dia hanya menginginkan Allah dan tidak ada yang lain selain Allah, Pertobatan yang sejati telah menghampirinya sehingga dia hidup hanya untuk Kristus, hidup ini hanyalah untuk Kristus bagi mereka yang sadar penuh akan panggilan dan pilihan Tuhan atas hidup kita.  Kenikmatan dunia seharusnya tidak menjadi bagian anak-anak Allah. Tidak ada seorang manusia pun yang sanggup hidup tanpa kenikmatan dan bahkan menjadikan kenikmatan sebagai puncak tertinggi dalam hidup mereka. Menikmati hiburan, gaya hidup, gatget, dll.

Sebagai contoh, ada seorang pramugari yang  terpaksa menghidupi gaya hidup jet-set karena tidak mampu untuk menghadapi tekanan teman-teman dan kolegannya yang juga menjalani kehidupan seperti itu. Mulai dari membeli barang-barang yang bermerek dan berkelas. Dia membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan. Dia membelinya dengan kartu kredit dan hanya mampu membayar bunganya saja. Lalu ditanya, apakah Anda menyesal?, dia berkata tidak! Sama sekali tidak!. Puncak kebodohan yaitu kekosongan batin yang tidak bisa diobati di dalam diri manusia dalam pengajarannya terhadap kenikmatan”

S. Lewis mengatakan “Bahwa persoalan manuisa bukan karena manusia menjadi berdosa karena dia berusaha mengajar kenikmatan atau kepuasan dalam hidupnya. Justru sebaliknya, karena manusia terlalu cepat dan terlalu gapang untuk dipuasakan, menganggap apa yang sebenaranya bukanlaha kenikmatan yang sesungguhnya sebagai kenikmatan yang sangat tinggi. Kalau ada orang yang bilang kepada kita. “Makanan ini sangat enak sekali loh!”, sementara kita tahu yang dia makan sebenarnya adalah kotoran anjing, bukankah hati kita akan miris? Mengapa itu kotoran dia bilang nikmat sekali? Kasihan bukan orang seperti ini?. Nah, inilah kehidupan umat manusi: hal yang sebetulnya sampah dan kotoran tetapi berusaha untuk dinikmatinya, bahkan dikatakannya nikmat. Inilah yang dimaksud: manusia terlalu cepat dan terlalu gampang dipuaskan (oleh kenikmatan-kenikmatan palsu, yang sangat rendah, yang sebenarnya sama sekali bukan kenikmatan).

Kenikmatan tertinggi dan yang paling utama adalah kenikmatan terhadap Allah, yang artinya kita memuliakan Allah dan hanya menikmati Allah. Maka, Semakin kita mengalami Tuhan, maka semakin kita hidup dalam kebenaranNya, belajar berlatih untuk mencari kehadiran Allah, datang kepada Tuhan dalam doa, supaya Ia sendirilah yang membangkitkan selera rohani akan diriNya, mereka yang mempersiapkan diri dengan sikap hati yang haus dan rindu datang beribadah di hadapan Allah akan memupuk selera rohani mendambakan diri Allah, dan orang yang mengejar diri Allah yang mendambakan Allah, akan membawa  keberuntungan pada dirinya sendiri, manfaat dirinya akan dipenuhi dengan perasaan cukup” karena orang yang mendamkan Allah mendapatkan Allah sendiri, mendapatkan keamanan dan kepastian yang sejati akan menyertai kita, kebahagiaan yang sejati hanyalah di dalam Allah!.

Share! jika renungan ini memberkatimu.