Instagram

Persembahan Yang Hidup

Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. (Kejadian 22:9)

Peristiwa ini adalah sebuah gambaran dari kekeliruan kita dalam memikirkan bahwa hal mendasar yang diinginkan Allah dari kita ialah mati sebagai korban persembahan. Sesungguhnya yang diinginkan Allah adalah pengorbanan melalui kematian yang menyanggupkan kita untuk melakukan tindakan yang dilakukan oleh Yesus, yaitu mempersembahkan hidup kita. Bukannya – “Tuhan, aku bersedia…mati bersama-sama dengan Engkau” (Lukas 22:33), melainkan – “Aku bersedia dipersatukan dengan kematian-Mu agar aku boleh mempersembahkan hidupku kepada Allah.”

Agaknya kita berpendapat bahwa Allah ingin kita melepaskan segala sesuatu! Allah meluruskan Abraham dari kekeliruan ini, dan proses serupa juga berlangsung dalam hidup kita. Allah tidak pernah menyuruh kita melepaskan segala sesuatu  hanya demi melepaskannya saja, melainkan Dia menyuruh kita melepaskannya demi memperoleh satu-satunya hal yang patut dimiliki, yaitu kehidupan bersama Dia. Ini merupakan persoalan melepaskan ikatan yang menahan hidup kita. Ikatan itu dilepaskan segera oleh persatuan dengan kematian Yesus. Kemudian kita menjalin suatu hubungan dengan Allah di mana kita dapat mempersembahkan hidup kita bagi-Nya.

Bukan sesuatu yang berharga bagi Allah bila Anda menyerahkan hidup Anda kepada-Nya untuk kematian. Dia ingin Anda menjadi “persembahan yang hidup” – untuk mengizinkan Dia memiliki semua kekuatan Anda yang telah diselamatkan dan dikuduskan melalui Yesus (Roma 12:1). Inilah hal yang berkenan kepada Allah. Amin.

 

image by : http://gkicoyudan.org/tag/persembahan/

Share! jika renungan ini memberkatimu.