Instagram

Yesus Tidak Menyerahkan Nyawa-Nya bagi Anda Saja

“Allah mengasihi saya supaya saya menjadikan Dia, yaitu segala jalanNya, keselamatanNya, kemuliaanNya, kebesaranNya, dikenal oleh  semua bangsa.” Dengan demikian, Allah menjadi objek dari iman kita dan kekeristenan berkeliling di seputar Dia. Diri kita bukanlah tujuan akhir. – David Platt

Kita hidup di tengah-tengah budaya gereja yang memiliki tendensi berbahaya untuk memutuskan kasih karunia Allah dari hubungannya dengan kemuliaan Allah. Hati kita bergema dengan gagasan menikmati kasih karunia Allah. Kita bersenang-senang dalam kotbah, konfrensi, dan buku-buku yang mengagung-agungkan kasih karunia yang berpusat pada diri kita. Dan sementara keajaiban kasih karunia itu menawan perhatian kita, jika kasih karunia itu diputus dari  tujuannya, maka hasilnya yang menyedihkan adalah sebentuk kekeristenan yang berpusat pada diri sendiri, yakni kekersitenan yang memangkas hati Allah.

Jika Anda bertanya kepada orang Kristen awam yang duduk di ibadah minggu pagi untuk meringkas pesan kekeristenan, Anda mungkin besar akan mendengar sesuatu seperti itu, “pesan dari kekeristenan adalah bahwa Allah mengasihi saya, begitu mengasihi saya sehingga Ia mengutus Anak-Nya yang tunggal, Yesus, untuk mati bagi saya.”

Meski sentiment kedengaran indah, apakah ini alkitabiah? Bukankah tidak lengkap, menurut apa yang kita telah lihat di dalam Alkitab? Pesan “Allah mengasihi saya” bukan kekeristenan yang alkitabiah. Karena, jika “Allah mengasihi saya” adalah pesan dari kekeristenan, maka siapa yang menjadi objek dari kekeristenan? Allah mengasihi saya.

Saya. Objek dari kekeristenan saya.

Oleh karena itu, ketika saya mencari sebuah gereja, saya mencari musik yang paling cocok dengan saya dan program yang paling bagus dalam melayani saya dan keluarga saya. Ketika saya membuat rencana bagi kehidupan dan karir saya. Ini bukanlah kekeristenan yang alkitabiah.

Pesan dari kekeristenan yang alkitabiah adalah”Allah mengasihi saya, titik, seakan-akan adalah objek dari iman kita sendiri. Pesan dari kekeristenan yang alkitabiah adalah “Allah mengasihi saya supaya saya menjadikan Dia, yaitu segala jalanNya, keselamatanNya, kemuliaanNya, kebesaranNya, dikenal oleh  semua bangsa.” Dengan demikian, Allah menjadi objek dari iman kita dan kekeristenan berkeliling di seputar Dia. Diri kita bukanlah tujuan akhir.

Allah berpusat pada diriNya sendiri, bahkan dalam keselamatan kita. Ingatlah firman-Nya yang dinyatakan oleh Nabi Yehezkiel Ia menyelamatkan kita, bukan demi kepentingan kita, melainkan demi kekudusan namaNya. Kita telah menerima keselamatan supaya nama-Nya diproklamirkan ke seluruh bangsa. Allah mengasihi kita demi kasihNya kepada dunia ini.

Ini adalah kebenaran yang paling mendasar: Allah menciptakan, memberkati, menyelamatkan masing-masing kita demi satu tujuan global radikal. Tapi, jika kita tidak berhati-hati, kita akan tergoda untuk membuat pengecualian. Kita akan tergoda untuk mengadopsi muslihat rohani dan merengkuh kenyamanan nasional yang mengecualikan kita dari rencana global Kristus. Dan dalam prosesnya, kita mendapati diri puas dengan beragam rencana yang lebih kecil yang dianggap oleh budaya di sekeliling kita, serta bahkan gereja di sekeliling kita, sebagai rencana yang lebih terpuji, lebih dapat dilakukan, dan lebih nyaman.  Amin.!

Share! jika renungan ini memberkatimu.