DIKHIANATI, DIBENCI, DAN DIANIAYA

Yesus berlanjut dengan memberitahu para muridNya bahwa mereka akan dikhianati. “Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang Ayah akan anaknya. Dan anak-anak memberontak terhadap orangtuanya dan akan membunuh mereka. Ini bukan sebuah pengutusan yang membesarkan hati para murid. Anggota keluarga bisa berpaling dari mereka, dan jaringan kawan bisa menjadi musuh paling berbuyutan.
Anda akan dikhianati, dan Anda akan dibenci. “Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesuadahannya akan selamat”. Begini, semua orang bukan berarti bahwa semua manusia di muka bumi akan membenci Anda. Tapi, gambaranya jelas. Entah itu adalah keluarga, pemerintah, tokoh agama, atau orang lain, akan tetap akan dibenci.
Sekali lagi, kita tidak berpikir seperti itu. Jika kita semua menjadi seperti Yesus, maka dunia akan mengasihi kita, demikian kita berkata. Kenytaannya adalah bahwa jika kita benar-benar menjadi seperti Yesus, dunia akan membenci kita. Mengapa? Karena dunia membenci Dia.
Yesus berkata lagi, “Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain. Ini bukan sekedar jika (if). Anda dianiaya, melinkan ketika (when) Anda dianiaya. Kalau kita pikir ayat ini menjukkan hanya pada kedua belas murid Yesus dan bukan untuk kita, Paulus menjelaskan dalam suratnya, “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus menderita aniaya”.
Alasan kita tahu bahwa kita akan dikhianati, dibenci, dan dianiaya adalah karena Yesus sendiri dikhianati, dibenci, dan dianiaya. Semakin hidup kita serupa dengan Yesus, semakin pula kita akan menerima apa yang telah Ia terima dari dunia. Inilah alasan mengapa Yesus berkata”Seorang murid tidak akan lebih dari pada gurunya”, atau seorang hamba daripada tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul seisi rumahnya. Ini adalah kesimpulan tak terhindarkan dari Matius 10. Bagi semua orang yang menginginkan kehidupan yang nyaman, tak terusik, dan aman dari bahaya jangan dekat-dekat dengan Yesus. Bahaya dalam hidup kita akan selalu meningkatkan seiring semakin mendalamnya hubungan kita dengan kristus.
Mungkin ini alasan kita lebih memilih untuk duduk santai dan puas dengan hubungan biasa dengan Kristus serta menjalankan ibadah rutin di gereja. Di sana aman, dan dunia senang kita berada disana. Dunia senang pada kita ketika kita mengejar segala sesuatu yang mereka kejar, bahkan jika kita menempelkan label Kristen pada pengajaran itu. Selama kekeristenan terlihat seperti budaya disekeliling kita, kita akan memiliki sedikit saja masalah dengan dunia ini.
Tapi, jika kita mengidentifikasikan dengan Kristus, kita akan kehilangan banyak hal di dunia ini. Yesus sendiri mengatakan: “Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya”. Kata-kata ini seharusnya membuat kita takut karena Guru kita telah dicemooh, dipukuli, dicambuki, diludahi, dan digantung atas kayu salib. Apakah kita benar-benar ingin jadi seperti Dia?
Simaklah apa yang dikatakan Paulus kepada gereja: “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kritus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia. Ini mengherankan kepada karuniamu untuk menderita. Datanglah kepada Kristus dan dapatkan karunia besar dariNya, yaitu penderitaan. Ini bikan undangan normal Anda dalam menginjili orang. Tunduk kepada Anda, tutup mata Anda, berdoalah untuk menerima Kristus, dan Anda akan menerima penderitaan. Tampaknya seakan-akan Paulus sedang bergurau. Tetapi Inilah Kekeristenan.