Mencari Penasihat

Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak. — Amsal 12:15
Sebagai anak-anak, kita belajar untuk meminta bantuan jika ada sesuatu yang tidak kita yakini. Kami mengangkat tangan di kelas; kami mengajukan pertanyaan kepada orang dewasa yang mungkin memiliki jawaban untuk kami. Kami ingin mempelajari banyak hal, jadi kami meminta bantuan, informasi, dan saran saat kami membutuhkannya.
Bagi banyak dari kita, ini cenderung berubah seiring bertambahnya usia. Kami mulai percaya bahwa menjadi mandiri dan mencari tahu sendiri adalah yang paling penting. Kita menjadi kurang cenderung untuk meminta bantuan atau nasihat karena kita tidak ingin terlihat lemah.
Seringkali pengalaman atau keahlian kita sendiri mungkin cukup. Dan tidak semua nasihat adalah nasihat yang baik, karena banyak dari kita belajar di sepanjang jalan.
Namun ayat kita dari Amsal hari ini memberikan pengingat yang bermanfaat bahwa adalah bodoh untuk menjadi bijak di mata kita sendiri, percaya bahwa kita selalu tahu yang terbaik, atau berasumsi bahwa jalan kita selalu benar.
Meminta saran atau bantuan tidak membuat kita lemah. Itu memperluas kemampuan kita untuk membedakan situasi yang rumit. Seringkali seseorang yang lebih bijak atau lebih berpengalaman dapat melihat atau memahami situasi lebih baik daripada kita. Dan terkadang Tuhan menempatkan orang dalam hidup kita secara khusus karena alasan itu.
Yesus sendiri tidak takut untuk meminta nasihat atau hikmat—khususnya dalam doa kepada Bapa-Nya di surga. Akankah kita mengikuti teladanNya?