Instagram

Puas Hanya dalam Tuhan

TUHAN berfirman kepada Musa: “Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya.” _Bilangan 20:7-8

Setelah kejadian semak duri yang menyala. Musa mengorbankan dan benar-benar mendedikasikan seluruh hidupnya untuk sebuah tugas yang dari awal tidak pernah dia minta. Melalui semuanya, Musa telah menikmati pahit manisnya perjalanan bersama Tuhan.

Pada mata air di Kadesh, Tuhan memerintahkan Musa untuk berkata kepada bukit batu maka batu itu akan mengeluarkan air. Tapi Musa, letih karena keluhan bangsa Israel yang terus-menerus, dia tidak menaati Tuhan dan dalam kemarahannya memukul bukit batu itu di depan semua bangsa Israel. Pada saat itu juga, Tuhan memutuskan bahwa Musa tidak akan memasuki tanah Kanaan. Musa sangat kecewa pada saat itu! Dia mencoba memohon kepada Tuhan, tetapi Tuhan tidak mengubah keputusan-Nya (Ulangan 3:23). Namun, saat menjelang ajalnya, Tuhan membawa Musa ke Gunung Nebo dan sekilas menunjukkan kepadanya tanah perjanjian.

Saat merenungkan kisah tersebut, kita pasti sangat kagum akan kesetiaan Musa dalam menyelesaikan misinya. Namun, kita pasti akan lebih terkejut dengan keputusan Musa dalam menerima keputusan Tuhan untuk tidak membiarkan dia masuk ke tanah perjanjian. Keinginan Musa yang terdalam setelah bekerja keras selama 40 tahun pasti adalah untuk mencicipi hasilnya, yaitu masuk ke tanah perjanjian. Tapi satu tindakan ketidaktaatan telah menyebabkan Tuhan secara sepihak memutuskan bahwa Musa tidak akan masuk ke tanah perjanjian.

Tetapi Musa puas dengan Tuhan, mengapa? Setelah melalui perjalanan pribadi yang demikian panjang dengan Tuhan, bagi Musa, keberhasilan, hadiah dan tujuan akhir sudah tidak lagi berarti. Prioritas Musa telah bergeser dan hal-hal yang sementara kepada upah yang kekal berada bersama Tuhan. Pada akhir hidupnya, ia menemukan ketentraman dan kepuasan dalam mengikuti Tuhan.

Jika membandingkan hidup kita dengan Musa, seringkali, kita menuntut imbalan yang lebih besar dari upaya yang kita keluarkan. Musa bekerja keras selama 40 tahun dan merasa puas tanpa menerima imbalan apapun. Haruskah kita menuntut imbalan mengingat upaya kita yang tidak seberapa? Dengan memegang dan menerapkan prinsip-prinsip Musa akan mengubah hidup kita, menemukan ketentraman dalam mengikuti Tuhan dan merasa puas dalam Tuhan, lebih dari apapun yang kita ingini di bumi.

Share! jika renungan ini memberkatimu.