Instagram

Kutukan Menjadi Berkat

Maka berkatalah isterinya kepadanya: “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” [Ayub 2: 9]

Hati saya tertuju pada istri Ayub. Dia kehilangan begitu banyak — putra dan putri yang cantik, gaya hidup yang substansial, keamanan dan martabatnya. Sekarang suaminya penuh dengan luka yang mengerikan dan menggumamkan pujian kepada Tuhan dengan bibir yang tertutup abu. Kulit Ayub sendiri baginya menjadi kanvas hidup yang menggambarkan kekejaman hidup dan kesia-siaan agama. Sesuatu di dalam dirinya tersentak.

Dia tidak sendiri. Sungguh ironis, tetapi banyak orang menjauh dari iman kepada Tuhan karena salah satu dari dua alasan: hidup bisa jadi terlalu menyenangkan atau terlalu menyakitkan. Kedua cara menjalani hidup ini dapat membuat kita melupakan Pencipta kita. Kehidupan yang tenang dapat menyebabkan kemalasan, dan kehidupan yang menyakitkan dapat menyebabkan keputusasaan yang pahit. Setan senang saat kita mengalami salah satu hasilnya.

Injil Yesus Kristus tidak menjanjikan kehidupan yang nyaman. Ini bukanlah semacam obat penghilang rasa sakit spiritual untuk menghilangkan penderitaan. Nyatanya, menerima kebenaran bisa berarti menerima lebih banyak rasa sakit — demi Yesus. Meninggalkan kehidupan yang dibangun di sekitar dosa dan keegoisan akan terasa seperti mati. Tapi kematian tidak akan menjadi akhir.

Wanita tersayang, lihat kembali suamimu, Ayub. Lihatlah dalam penderitaannya petunjuk tentang datangnya penderitaan Juruselamatmu. Lihat dalam kesetiaan Ayub kepada Tuhan, meskipun begitu banyak penderitaan, ekspresi integritas iman yang kita semua dipanggil. Semua tidak hilang, dan semua bisa dimaafkan.

Share! jika renungan ini memberkatimu.