Instagram

Apologetika Kabar Baik

Kekeristenan bukan sekedar sebuah alternatife bagi filsafat-filsafat sekuler atau serangkaian standar moral yang lebih baik daripada standar-standar moral dalam masyarakat sekarang. Kekeristenan adalah injil, kabar baik. Alkitab mengajarkan bahwa manusia, dicipta dalam peta Allah, berdosa melawan Dia (Kej 3:1). Kita ini menanggung kesalahan dari dosa pertama Adam, (Rm 5:12-19) dan beratnya dosa kita sendiri dalam melawan Allah. Karena itu masalah kita tidak sederhana (seperti yang dikatakan oleh beberapa pantheis) dan penyelesaian masalahnya bukanlah kita menjadi Allah. Atau masalah utamanya kita tidak dijumpai dalam hal keturunan, lingkungan, keputusan emosional, kemiskinan, atau sakit penyakit kita.

Tetapi masalahnya adalah dosa kita: pelanggaran dengan sengaja terhadap hukum Allah (1 Yoh 3:4). Menurut Alkitab, eksistensi kejahatan dari hal keturunan, lingkungan, penyakit dll adalah akibat kejatuhan.

Dan apakah solusinya? “ karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Dia mengaruniakan anaknya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16) Yesus telah mati dan bangkit untuk dosa kita dan telah dibangkitkan untuk membenarkan kita. Seruan Alkitab bukan supaya kita bekerja lebih keras untuk memenuhi hukum Allah (Rma 3:20), tetapi untuk menerima pengampunan Allah melalui Kristus sebagai hadiah cuma-cuma (Ef 2:8-9).

Ijinkan saya untuk menggambarkan aplikasinya bahwa penginjilan adalah bagian dari aplogetika. Apologis harus selalu siap untuk menyamapikan injil. Kita melihat bahwa Kekeristenan, baik secara filsafat dan sebagai kabar baik, adalah alternative bagi kebijaksanaan konvensional. Keunikan kekeristenan ini adalah keunikan dari kepentingan apologetika sendiri. Keunikan itu sendirinya tidak membawa kebenaran, tetapi ketika semua alternative lain dibandingkan, semua secara tidak masuk akal bersikeras dapat menjelaskan pribadi melalui sarana-sarana yang tidak berpribadi, semua mengklaim otonomi  (maka menolak kedaulatan Allah), semua mengklaim menemukan yang ultimat bukan di dalam Tuhan tetapi di dalam ciptaan, semua menawarkan sebagai sebuah solusi bagi kesulitan kita, tetapi tidak ada yang lebih berarti di antara ideologi-ideologi konvensional ini-hal ini tentunya masuk akal untuk memberikan prioritas yang tinggi untuk menyelidiki Kekeristenan dan klaimnya. Sikap acuh tak acuh terhadap keunikan seperti demikian bukanlah sikap bijaksana. Kita tetap menyampaikan injil kepada sesama kita. Amin

Share! jika renungan ini memberkatimu.