Instagram

Kenalilah Diri Anda

Daging kita selalu mencari peluang untuk memuaskan dirinya menurut keinginan berdosa

Keinginan jahat dalam kita terus mencari peluang untuk mengungkapkan diri. Keinginan ini seperti radar yang antenanya terus mendeteksi lingkungannya, mencari pencobaan yang bisa ditanggapinya. Beberapa tahun lalu, ketika saya masih memanjakan keinginan mekan es krim (sekarang saya tidak melakukannya lagi), mata saya akan tertarik secara otomatis kepada toko es krim Baskin Robbins (atau merek-merek pesaingnya). Ajaib. Saya bisa melewati sejumlah papan reklame toko tanpa menyadarinya, tetapi tanda toko es krim tak pernah luput dari mata saya.

Belum lama lagi saya tertarik kepada suatu model mobil. Mereknya sama dengan mobil yang sudah saya miliki, hanya modelnya lebih bagus dan harganya lebih mahal.  Ketika saya tertarik kepadanya, saya selalu memperhatikan kalau ada mobil semacam itu yang saya jumpai di jalan. Saya mulai membayang-bayangkan alasan mengapa saya butuh model yang lebih bagus itu. Mobil itu lebih luas, lebih nyaman untuk perjalanan jauh, dan punya transmisi yang lebih baik. Memang pada akhirnya saya menyimpulkan, dengan sedikit dengan, bahan saya sebenarnya tidak membutuhkan mobil itu. Tetapi antenna saya telah “tersetel” ke mobil model tersebut sepanjang waktu itu.

Mungkin memanjakan keinginan makan es krim dan terpaku oleh model mobil yang lebih baik tanpa kelihatan seganas pencobaan yang Anda hadapi. Anda mungkin berkata, ayolah, bicaralah, tentang dosa yang lebih nyata – ketamakan, nafsu, dengki, kebencian, bohong kepada pelanggan, atau mencontek. Yah, pertama-tama sekali, memanjakan makan es krim dan asik memikirkan mobil yang lebih bagus boleh jadi tidak begitu ganas, tetapi keduanya menunjukkan prinsip: daging kita selalu mencari peluang untuk memuaskan dirinya menurut keinginan berdosa tertentu yang di miliki oleh setiap kita.

Share! jika renungan ini memberkatimu.